BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman,
perkembangan ilmu dan teknologi terus ikut berkembang seiring dengan
perkembangan zaman dan waktu.Perkembangan ini terjadi karena kebutuhan manusia
semakin beragam.Ilmu dan teknologi yang dikembangkan untuk memudahkan pekerjaan
mereka, agar lebih lebih mudah dan fisien, semua barang – barang kebutuhan
diciptakan semakin canggih, misalnya dapat bekerja secara otomatis.teknologi
yang mendukung perkembangan alat – alat yang dapat berfungsi secara otomatis
adalah sensor.
kebutuhan sensor dalam perkembangan
industri sangat berpengaruh. Sensor dan transduser merupakan peralatan atau
komponen yang mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan
otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat
menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis. Besaran masukan pada
kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran fisika,
kimia, mekanis dan sebagainya.Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem
pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya
besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik
melalui sebuah alat yang disebut transducer.
Ada bermacam – macam jenis sensor.
Yang akan dibahas disini adalah sensor kecepatan. Dimana pada perkembangannya
sensor kecepatan dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.Salah satu contohnya
adalah sebagai alat speedometer pada kendaraan bermotor. Berikut akan dibahas
mengenai sensor kecepatan, jenis – jenisnya, cara kerjanya dan aplikasinya
dalam kehidupan sehari – hari.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
DEFINISI
SENSOR
Pengertian Sensor adalah transducer
yang berfungsi untuk mengolah variasi gerak, panas, cahaya atau sinar,
magnetis, dan kimia menjadi tegangan serta arus listrik.Sensor sendiri adalah
komponen penting pada berbagai peralatan.Sensor juga berfungsi sebagai alat
untuk mendeteksi dan juga untuk mengetahui magnitude.
Transduser sendiri memiliki arti
mengubah, resapan dari bahasa latin traducere Bentuk perubahan yang dimaksud
adalah kemampuan merubah suatu energi kedalam bentuk energi lain. Energi yang
diolah bertujuan untuk menunjang daripada kinerja piranti yang menggunakan
sensor itu sendiri. Sensor sendiri sering digunakan dalam proses pendeteksi
untuk proses pengukuran.
Dari pengertian sensor yang telah
dijabarkan diatas wajar jika alat tersebut menjadi alat yang banyak diminati
oleh berbagai pabrikan elektronik.Dapat diambil kesimpulan bahwa sensor
memiliki banyak andil pada berbagai teknologi.
Sensor dalam teknik pengukuran dan
pengaturan ini harus memenuhi
persyaratan-persyaratan kualitas yakni:
1.
Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus
linier.
2.
Tidak
tergantung temperatur
Keluaran
inverter tidak boleh tergantung pada temperatur disekelilingnya, kecuali sensor
suhu.
3.
Kepekaan
Kepekaan
sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai masukan yang ada
dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup besar.
4.
Waktu tanggapan
Waktu
tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk mencapai nilai akhirnya
pada nilai masukan yang berubah secara mendadak.Sensor harus dapat berubah
cepat bila nilai masukan pada sistem tempat sensortersebut berubah.
II.2 Pembahasan
1. Sensor Cahaya
Sensor cahaya adalah komponen
elektronika yang dapat memberikan perubahan besaran elektrik pada saat terjadi
perubahan intensitas cahaya yang diterima oleh sensor cahayatersebut.Sensor cahaya
dalam kehidupan sehari-hari dapat kita temui pada penerima remote televisi dan
pada lampu penerangan jalan otomatis.
Jenis-Jenis Sensor Cahaya
Dilihat dari perubahan output sensor cahaya maka sensor
cahaya dapat dibedakan kedalam 2 tipe yaitu :
- Sensor
cahaya tipe fotovoltaik
- Sensor
cahaya tipe fotokonduktif
Kemudian
apabila dilihat dari cahaya yang diterima sensor cahaya tersebut, maka sensor
cahaya dapat dibagi dalam beberapa tipe sebagai berikut :
- Sensor cahaya infra merah
- Sensor cahaya ultraviolet
a. Sensor Cahaya Tipe Fotovoltaik
Sensor cahaya tipe fotovolataik adalah sensor cahaya yang dapat
memberikan perubahan tegangan pada output sensor cahaya tersebut apabila sensor
tersebut menerima intensitas cahaya. Salah satu contoh sensor cahaya tipe fotovoltaik
adalah solar cell atau sel surya.
Sensor cahaya tipe photovoltaic adalah alat sensor sinar yang
mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik.Sel solar silikon yang
modern pada dasarnya adalah sambungan PN dengan lapisan P yang transparan. Jika
ada cahaya pada lapisan transparan P akan menyebabkan gerakan elektron antara
bagian P dan N, jadi menghasilkan tegangan DC yang kecil sekitar 0,5 volt per
sel pada sinar matahari penuh. Berikut konstruksi dari sensor cahaya tipe
fotovoltaik.
Fotovoltaik (PV) adalah sektor teknologi dan penelitian yang berhubungan dengan
aplikasi panel surya untuk energi dengan
mengubah sinar Mataharimenjadi listrik.
Karena permintaan yang terus meningkat terhadap sumber energi bersih,
pembuatan panelsurya dan kumpulan fotovoltaik telah
meluas secara dramatis dalam beberapa tahun belakangan ini.
Produksi fotovoltaik telah berlipat
setiap dua tahun, meningkat rata-rata 48 persen tiap tahun sejak 2002,
menjadikannya teknologi energi dengan pertumbuhan tercepat di dunia.Pada akhir
2007, menurut data awal, produksi global mencapai 12.400 megawatt. Secara kasar, 90% dari
kapasitas generator ini meliputi sistem
listrik terikat. Pemasangan seperti ini dilakukan di atas tanah (dan
kadang-kadang digabungkan dengan pertanian dan penggarapan) atau
dibangun di atap atau dinding bangunan, dikenal sebagai Building
Integrated Photovoltaic atau BIPV.
Efek sel photovoltaik terjadi
akibat lepasnya elektron yang disebabkan adanya cahaya yang mengenai
logam.Logam-logam yang tergolong golongan 1 pada sistem periodik unsur-unsur
seperti Lithium, Natrium, Kalium, dan Cessium sangat mudah melepaskan elektron
valensinya.Selain karena reaksi redoks, elektron valensilogam-logam tersebut
juga mudah lepas olehadanya cahaya yang mengenai permukaan logam
tersebut.Diantara logam-logam diatas Cessium adalah logam yang paling mudah
melepaskan elektronnya.
Tegangan yang dihasilan oleh sensor
fotovoltaik adalah sebanding dengan frekuensi gelombang cahaya (sesuai
konstanta Plank E = h.f). Semakin ke arah warna cahaya biru, makin tinggi
tegangan yang dihasilkan. Tingginya intensitas listrik akan berpengaruh
terhadap arus listrik. Bila fotovoltaik diberi beban maka arus listrik dapat
dihasilkan adalah tergantung dari intensitas cahaya yang mengenai permukaan
semikonduktor.
b. Sensor Cahaya Fotokonduktif
Sensor cahaya tipe fotokonduktif akan
memberikan perubahan resistansi pada terminal outputnya sesuai dengan perubahan
intensitas cahaya yang diterimanya.Berfungsi untuk mengubah intensitas cahaya
menjadi perubahan konduktivitas.Kebanyakan komponen ini erbuat dari bahan
cadmium selenoide atau cadmium sulfide.Sensor jenis foto
konduktif bekerja atas dasar perubahan nilai resistansi akibat intensitas
cahaya matahari.Sel-sel fotokonduktif (photoconductive cell), juga disebut
tahanan cahaya (photo resistor) atau tahanan yang bergantung cahaya yang bisa
dikenal dgn LDR (light dependent resistor), dipakai luas dalam industri dan
penerapan pengontrloan di laboratorium. Energi yang jatuh pada sel fotokonduktif
akan menyebabkan perubahan tahanan sel. Apabila intensitas cahaya yang mengenai
permukaan alat ini kurang (gelap) maka tahanan/nilai resistansi alat menjadi
tinggi. Ketika permukaan terkena intensitas tinggi (terang) maka nilai tahanan
turun pada tingkat harga yang rendah.
Tipe-tipe FotoconductivSensor cahaya tipe ini ada beberapa jenis diantaranya adalah :
- LDR
(Light Depending Resistor)
- Photo
Transistor
- Photo
Dioda
c. LDR (Light Depending Resistor)
LDR (Light Dependent Resistor)adalah sensor cahaya
yang memiliki 2 terminal output, dimana kedua terminal output tersebut memiliki
resistansi yang dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya yang diterimanya.
Dimana nilai resistansi kedua terminal output LDR akan semakin rendah apabila
intensitas cahya yang diterima oleh LDR semakin tinggi.LDR ialah
jenis resistor yang berubah hambatannya karena pengaruh cahaya.Bila cahaya
gelap nilai tahanannya semakin besar, sedangkan cahayanya terang nilainya
menjadi semakin kecil.LDR (Light Dependent Resistor) adalah jenis
resistor yang biasa digunakan sebagai detector cahaya atau pengukur besaran
konversi cahaya.Light Dependent Resistor, terdiri dari sebuah cakram
semikonduktor yang mempunyai dua buah elekrtroda pada permukaannya.
Resistansi LDR berubah seiring
dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya. Dalam keadaan gelap
resistansi LDR sekitar 10 M dan
dalam keadaan terang sebesar 1 k atau
kurang. LDR terbuat dari bahan semikonduktor seperti cadmium sulfide.Dengan
bahan ini energy dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang
dilepas atau arus listrik meningkat.Artinya resistansi bahan telah mengalami
penurunan.
LDR
digunakan untuk mengubah energy cahaya menjadi energy listrik. Saklar cahaya
otomatis dan alarm pencuri adalah beberapa contoh alat yang menggunakan LDR.
Akan tetapi karena responnya terhadap cahaya cukup lambat, LDR tidak digunakan
pada situasi di mana intensitas cahaya berubah secara drastis. Sensor ini akan
berubah nilai hambatannya apabila ada perubahan tingkat kecerahan cahaya
Pada
saat gelap atau cahaya redup, bahan dari cakram tersebut menghasilkan elektron
bebas dengan jumlah yang relative kecil.Sehingga hanya ada sedikit elektron
untuk mengangkut muatan elektrit.Artinya pada saat cahaya redup, LDR menjadi
konduktor yang buruk, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang besar
pada saat gelap atau cahaya redup.Pada saat cahaya terang, ada lebih banyak
elektron yang lepas dari atom bahan semikonduktor tersebut. Sehingga akan lebih
banyak elektron untuk mengangkut muatan elektrit. Artinya pada saat cahaya
terang, LDR menjadi konduktor yang baik, atau bisa disebut juga LDR memiliki
resistansi kecil pada saat cahaya terang. Penerapan laindari sensor LDR ini
ialah alarm Pencuri.
Misalnya
untuk rangkaian system alarm cahaya (menggunakan LDR) yang aktif ketika
terdapat cahaya. Ketika kita akan mengatur kepekaan LDR (Light Dependent
Resistor) dalam suatu rangkaian maka kita perlu menggunakan potensiometer.
Kita atur letaknya agar ketika mendapat cahaya maka buzzer atau bell akan
berbunyi dan ketika tidak mendapat cahaya maka buzzer atau bell tidak akan
berbunyi.
d. Photo Transistor
Photo transistor memiliki resistansi antara
kaki kolektor dan emitor dapat berubah sesuai intensitas cahaya yang
diterimanya. Photo transistormemiliki 2 terminal output dengan nama emitor dan
colektor, dimana nilai resistansi emeitor dan kolektro tersebut akan semakin
rendah apabila intensitas cahaya yang diterim photo transistor semnakin tinggi.
Photo Transistor
adalah Transistor yang dapat mengubah energi cahaya menjadi listrik dan
memiliki penguat (gain) Internal. Penguat Internal yang terintegrasi ini
menjadikan sensitivitas atau kepekaan Photo Transistor terhadap cahaya jauh
lebih baik dari komponen pendeteksi cahaya lainnya seperti Photo Diode ataupun
Photo Resistor. Cahaya yang diterima oleh Photo Transistor akan menimbulkan
arus pada daerah basis-nya dan menghasilkan penguatan arus hingga ratusan kali
bahkan beberapa ribu kali. Photo Transistor juga merupakan komponen
elektronika yang digolongkan sebagai Transduser.
Photo Transistor
dirancang khusus untuk aplikasi pendeteksian cahaya sehingga memiliki Wilayah
Basis dan Kolektor yang lebih besar dibanding dengan Transistor normal umumnya.
Bahan Dasar Photo Transistor pada awalnya terbuat dari bahan semikonduktor
seperti Silikon dan Germanium yang membentuk struktur Homo-junction.
Namun seiring dengan
perkembangannya, Photo Transistor saat ini lebih banyak menggunakan bahan
semikonduktor seperti Galium Arsenide yang tergolong dalam kelompok
Semikonduktor III-V sehingga membentuk struktur Hetero-junction yang memberikan
efisiensi konversi lebih tinggi.Yang dimaksud dengan Hetero-junction atau
Heterostructure adalah Struktur yang menggunakan bahan yang berbeda pada kedua
sisi persimpangan PN.
Photo Transistor
pada umumnya dikemas dalam bentuk transparan pada area dimana Photo Transistor
tersebut menerima cahaya.
Photo Transistor
pada umumnya dikemas dalam bentuk transparan pada area dimana Photo Transistor
tersebut menerima cahaya. Berikut ini adalah bentuk dan simbol
Photo Transistor (Transistor Foto).
Cara kerja Photo
Transistor atau Transistor Foto hampir sama dengan Transistor normal pada
umumnya, dimana arus pada Basis Transistor dikalikan untuk memberikan arus pada
Kolektor. Namun khusus untuk Photo Transistor, arus Basis dikendalikan oleh
jumlah cahaya atau inframerah yang diterimanya.Oleh karena itu, pada umumnya
secara fisik Photo Transistor hanya memiliki dua kaki yaitu Kolektor dan Emitor
sedangkan terminal Basisnya berbentuk lensa yang berfungsi sebagai sensor
pendeteksi cahaya.
Pada prinsipnya,
apabila Terminal Basis pada Photo Transistor menerima intensitas cahaya yang
tinggi, maka arus yang mengalir dari Kolektor ke Emitor akan semakin besar.
e. Photo Dioda
Photodioda adalah suatu
jenis dioda yang resistansinya berubah-ubah kalau cahaya yang jatuh pada dioda
berubahubah intensitasnya.Dalam gelap nilai tahanannya sangat
besar hingga praktis tidak ada arus yang mengalir.Semakin kuat cahaya yang
jatuh pada dioda maka makin kecil nilai tahanannya, sehingga arus yang mengalir
semakin besar. Jika photodiode p-n bertegangan balik disinari, maka arus akan
berubah secara linier dengan kenaikan fluks cahaya yang dikenakan pada
persambungan tersebut.
Photodioda terbuat dari bahan semikonduktor. Biasanya
yang dipakai adalah silicon (Si) atau gallium arsenide (GaAs), dan lain-lain
termasuk indium antimonide (InSb), indium arsenide (InAs), lead selenide
(PbSe), dan timah sulfide (PBS). Bahan-bahan ini menyerap cahaya melalui
karakteristik jangkauan panjang gelombang, misalnya: 250 nm ke 1100 untuk nm
silicon, dan 800 nm ke 2,0 μm untuk GaAs.
Dioda foto adalah
jenis dioda yang
berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan diode
biasa, komponen elektronika ini
akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya yang dapat dideteksi oleh
diode foto ini mulai dari cahaya infra merah, cahaya
tampak, ultra ungu sampai
dengan sinar-X.
Aplikasi diode foto mulai dari penghitung kendaraan
di jalan umum secara otomatis, pengukur cahaya pada kamera serta beberapa
peralatan di bidang medis.Alat yang mirip dengan Dioda foto adalah Transistor foto (Phototransistor).Transistor foto ini
pada dasarnya adalah jenis transistor bipolar yang menggunakan kontak
(junction) base-collector untuk menerima cahaya.Komponen ini mempunyai sensitivitas yang lebih baik jika
dibandingkan dengan Dioda Foto.Hal ini
disebabkan karena elektron yang
ditimbulkan oleh foton cahaya pada junction
ini di-injeksikan di bagian Base dan diperkuat di bagian Kolektornya. Namun
demikian, waktu respons dari
Transistor-foto secara umum akan lebih lambat dari pada Dioda-Foto.
Photo dioda digunakan sebagai komponen
pendeteksi ada tidaknya cahaya maupun dapat digunakan untuk membentuk
sebuah alat ukur akurat yang dapat mendeteksi intensitas cahaya dibawah 1pW/cm2
sampai intensitas diatas 10mW/cm2. Photo dioda mempunyai resistansi yang rendah
pada kondisi forward bias, kita dapat memanfaatkan photo dioda ini pada kondisi
reverse bias dimana resistansi dari photo dioda akan turun seiring dengan
intensitas cahaya yang masuk.
Komponen ini mempunyai sensitivitas yang lebih
baik jika dibandingkan dengan diode pekacahaya.Halini disebabkan
karena electron yang ditimbulkan oleh foton cahaya padajunction ini
diinjeksikan di bagian Base dan diperkuat di bagian kolektornya. Namun
demikian,waktu respon dari transistor foto secara umum akan lebih lambat dari
pada dioda peka cahaya.Jika photo dioda tidak terkena cahaya, maka tidak ada
arus yang mengalir ke rangkaian pembanding, jika photodioda terkena cahaya maka
photodiode akan bersifat sebagai tegangan, sehingga Vcc dan photo dioda
tersusun seri, akibatnya terdapat arus yang mengalir ke rangkaian pembanding.
photodioda terbuat dari bahan semikonduktor
yaitu silicon (Si), atau Galium Arsenida, dan yang lain adalah Insb, InAs,
PbSe. Material-material ini meyerap cahaya dengan karakteristik panjang
gelombang mencangkup: 2500 Å – 11000 Å untuk silicon, 8000 Å – 20,000 Å
untuk GaAs. Ketika sebuah photon (satu satuan energi dalam cahaya) dari sumber
cahaya diserap, hal tersebut membangkitkan suatu elektron dan menghasilkan
sepasang pembawa muatan tunggal, sebuah elektron dan sebuah hole, di mana suatu
hole adalah bagian dari kisi-kisi semikonduktor yang kehilangan elektron.
Photodioda dibuat dari semikonduktor dengan
bahan yang populer adalah silicon ( Si) atau galium arsenida ( GaAs), dan yang
lain meliputi InSb, InAs, PbSe. Material ini menyerap cahaya dengan
karakteristik panjang gelombang mencakup: 2500 Å – 11000 Å untuk silicon, 8000
Å – 20,000 Å untuk GaAs. Ketika sebuah photon (satu satuan energi dalam cahaya)
dari sumber cahaya diserap, hal tersebut membangkitkan suatu elektron dan
menghasilkan sepasang pembawa muatan tunggal, sebuah elektron dan sebuah hole,
di mana suatu hole adalah bagian dari kisi-kisi semikonduktor yang kehilangan
elektron. Arah Arus yang melalui sebuah semikonduktor adalah kebalikan dengan
gerak muatan pembawa.cara tersebut didalam
sebuah photodiode digunakan untuk mengumpulkan photon – menyebabkan pembawa
muatan (seperti arus atau tegangan) mengalir/terbentuk di bagian-bagian
elektroda.
Prinsip kerja photodioda :
- Cahaya yang diserap oleh photodiode
- Terjadinya pergeseran foton
- Menghasilkan pasangan electron-hole dikedua sisi
- Electron menuju [+] sumber & hole menuju [-]
sumber
- Sehingga arus akan mengalir di dalam rangkaian
Saat photodiode terkena
cahaya, maka akan bersifat sebagai sumber tegangan
dan nilai resistansinya akan menjadi kecil.Saat photodiode tidak terkena cahaya, maka nilai
resistansinya akan besar atau dapat diasumsikan tak hingga.besarnya tegangan
atau arus listrik yang dihasilkan oleh photodiode tergantung besar kecilnya
radiasi yang dipancarkan oleh infrared
Photodioda digunakan sebagai penangkap
gelombang cahaya yang dipancarkan oleh Infrared. Besarnya tegangan atau arus
listrik yang dihasilkan oleh photodioda tergantung besar kecilnya radiasi yang
dipancarkan oleh infrared
Setiap warna bisa disusun dari warna dasar.Untuk cahaya, warna dasar penyusunnya adalah
warna Merah, Hijau dan Biru, atau lebih dikenal dengan istilah RGB
(Red-Green-Blue).Gambar2 memperlihatkan beberapa sampel warna dan komposisi
RGB-nya terskala 8 bit.
f. Sensor Cahaya Infra Merah
Sensor cahaya infra merah adalah sensor cahaya
yang hanya akan merespon perubahan cahaya inframerah. Sensor cahaya infra merah
pada umumnya berupa photo ttransistor atau photo dioda. Dimana apabila sensor cahaya infra merah ini menerima
pancaran cahaya infra merah maka pada terminal outputnya akan memberikan
perubahan resistansi. Akan tetapi ada juga sensor cahaya yang telah dibuat
dalam bentuk chip IC penerima sensor infra merah seperti yang digunakan pada
penerima remote televisi. Dimana chip IC sensor infra merah ini akan memberikan
perubahan tegangan output apabila IC sensor infra merah ini menerima pancaran
cahaya infra merah. Berikut adalah bentuk dari IC sensor infra merah tersebut.
Infra red (IR) detektor
atau sensor infra merah adalah komponen elektronika yang dapat mengidentifikasi
cahaya infra merah (infra red, IR).Sensor infra merah atau detektor infra merah
saat ini ada yang dibuat khusus dalam satu modul dan dinamakan sebagai IR
Detector Photomodules. IR Detector Photomodules merupakan sebuah chip detektor
inframerah digital yang di dalamnya terdapat fotodiode dan penguat (amplifier).
Bentuk dan Konfigurasi Pin IR Detector Photomodules TSOP
Bentuk dan Konfigurasi Pin IR Detector Photomodules TSOP
Konfigurasi pin infra
red (IR) receiver atau penerima infra merah tipe TSOP adalah output (Out), Vs
(VCC +5 volt DC), dan Ground (GND). Sensor penerima inframerah TSOP ( TEMIC
Semiconductors Optoelectronics Photomodules ) memiliki fitur-fitur utama yaitu
fotodiode dan penguat dalam satu chip, keluaran aktif rendah, konsumsi daya
rendah, dan mendukung logika TTL dan CMOS. Detektor infra merah atau sensor
inframerah jenis TSOP (TEMIC Semiconductors Optoelectronics Photomodules)
adalah penerima inframerah yang telah dilengkapi filter frekuensi 30-56 kHz,
sehingga penerima langsung mengubah frekuensi tersebut menjadi logika 0 dan 1.
Jika detektor inframerah (TSOP) menerima frekuensi carrier tersebut, maka pin
keluarannya akan berlogika 0. Sebaliknya, jika tidak menerima frekuensi carrier
tersebut, maka keluaran detektor inframerah (TSOP) akan berlogika 1.
Sistem sensor infra
merah pada dasarnya menggunakan infra merah sebagai media untuk komunikasi data
antara receiver dan transmitter. Sistem akan bekerja jika sinar infra merah
yang dipancarkan terhalang oleh suatu benda yang mengakibatkan sinar infra
merah tersebut tidak dapat terdeteksi oleh penerima. Keuntungan atau manfaat
dari sistem ini dalam penerapannya antara lain sebagai pengendali jarak jauh,
alarm keamanan, otomatisasi pada sistem. Pemancar pada sistem ini tediri atas
sebuah LED infra merah yang dilengkapi dengan rangkaian yang mampu membangkitkan
data untuk dikirimkan melalui sinar infra merah, sedangkan pada bagian penerima
biasanya terdapat foto transistor, fotodioda, atau inframerah modul yang
berfungsi untuk menerima sinar inframerah yang dikirimkan oleh pemancar.
Pada rangkaian pemancar
hanya pengaturan supaya led infra merah menyala dan tidak kekurangan atau
kelebihan daya, oleh karena itu gunakan resistor 680 ohm. Pada rangkaian
penerima foto transistor berfungsi sebagai alat sensor yang berguna merasakan
adanya perubahan intensitas cahaya infra merah. Pada saat cahaya infra merah
belum mengenai foto transistor, maka foto transistor bersifat sebagai saklar
terbuka sehingga transistor berada pada posisi cut off (terbuka). Karena
kolektor dan emitor terbuka maka sesuai dengan hukum pembagi tegangan, tegangan
pada kolektor emitor sama dengan tegangan supply (berlogika tinggi). Keluaran
dari kolektor ini akan membuat rangkaian counter menghitung secara tidak
teratur dan jika kita tidak meredamnya, bouncing keluaran tersebut ke input
couinter. Untuk meredam bouncing serta memperjelas logika sinyal yang akan kita
input ke rangkaian counter, kita gunakan penyulut schmitt trigger. Penyulut
Schmitt trigger ini sangat berguna bagi anda yang berhubungan dengan rangkaian
digital, misal penggunaan pada peredaman bouncing dari saklar-saklar mekanik
pada bagian input rangkaian digital.
Rangkaian counter yang
digunakan disini adalah menggunakan IC 4026 (Decade Counter) salah satu IC dari
keluarga CMOS. IC counter ini akan mencacah apabila mendapatkan input clock
berubah dari logika rendah ke tinggi. IC ini juga langsung bisa hubungkan ke
seven segment karena keluarannya memang dirancang untuk seven segment. Jadi
tidak perlu menggunakan IC decoder sebagai pengubah nilai biner menjadi nilai
7-segment.Untuk mengatur kepekaan sensor bisa memutar potensio VR1 pada titik
kritis, atau jika diperlukan bisa mengganti R2 dengan nilai yang lebih sesuai.
g. Sensor Cahaya Ultraviolet
Sensor cahaya ultraviolet merupakan sensor
cahaya yang hanya merespon perubahan intensitas cahaya ultraviolet yang
mengenainya. Seonsor cahaya ultraviolet ini akan memberikan perubahan besaran
listrik pada terminal outputnya pada saat menerima perubahan intensitas
pancaran cahaya ultraviolet. Sensor cahaya yang populer salah satunya UVtron. Modul
sensor cahaya UVtron akan memberikan perubahan tegangan output pada saat sensor
UVtron menerima perubahan intensitas cahaya ultraviolet. Berikut adalah bentuk
modul sensor cahaya UVtron.
Sensor UVTron Flame Detector
memberikan sinyal aktif apabila mendeteksi adannya sinyal ultraviolet. UVTron
dapat menemukan nyala api dalam jarak 5 meter dari sumber dan alat ini
beroprasi dalam jangkauan spektruml 185 sampai dengan 160 nm. Alat ini terdiri
dari 2 paket yaitu:
1. Hamamatsu R2868
Flame (UV) Sensor
2. UVTron C3704
Rangkaian driver
UVTron adalah suatu device yang sangat
sederhana. Ketika katoda diarahkan pada sinar ultraviolet, photoelektron
dipancarkan dari katode secara efek photoelectric dan kemudian dipercepat ke
arah anoda dengan medan elektrik. Ketika tegangan yang diterapkan menjadi
lebih tinggi dan medan elektrik bertambah kuat, energi kinetik dari elektron
menjadi cukup besar untuk mengionisasikan molekul-molekul gas yang terdapat
pada tabung dengan cara dibenturkan.
Elektron-elektron yang dihasilkan dari
ionisasi dipercepat, sehingga memungkinkannya untuk mengionisasi
molekul-molekul lain sebelum mencapai anoda. Pada sisi lain, ion positive
dipercepat ke arah katode dan menabrak sehingga membangkitkan elektron-elektron
kedua. Proses ini menyebabkan arus yang besar antara elektroda-elektroda dan
saat proses pelepasan berlangsung. Pelepasan yang pertama terjadi, tabung
terisi dengan electron-elektron dan ion-ion.Tegangan turun atau jatuh antara
katoda dan anoda dengan cepat. Status ini akan terjadi tanpa menurunkan
tegangan anode sampai di bawah titik jenuh.
Rangkaian pengarah menciptakan perbedaan
tegangan yang diperlukan pada tabung untuk mengijinkan proses peluruhan ketika
terkena sinar ultraviolet. Kemudian rangkaian mengamati arus keluaran dari
tabung dan ketika proses peluruhan terjadi, tegangan pada anode dikurangi oleh
rangkaian untuk mengijinkan bola lampu mengulang lagi atau mereset. Tiap waktu
proses peluruhan dan pelepasan terjadi, sinyal dibangkitkan dengan sirkuit atau
rangkaian dengan beberapa pengaruh untuk latar belakang. Gambar berikut
menunjukkan jangkauan sensor pada posisi tidur.
Posisi dari tabung Uvtron mempengaruhi jarak
dari jangkauan pendeteksian sinar.Dengan posisi berdiri jangkauan lebih jauh
tetapi jangkauan luasan daerah lebih sempit hal ini berkebalikan dengan posisi
tidur sehingga posisi dari tabung harus disesuaikan dengan kebutuhan.Gambar
berikut menunjukkan jangkauan sensor posisi berdiri.
2. Sensor Suhu
Pengertian
Sensor Suhu Temperature Sensors adalah
suatu komponen yang dapat mengubah besaran panas menjadi besaran istrik
sehingga dapat mendeteksi gejala perubahan suhu pada obyek tertentu. Sensor
suhu melakukan pengukuran terhadap jumlah energi panas/dingin yang dihasilkan
oleh suatu obyek sehingga memungkinkan kita untuk mengetahui atau mendeteksi
gejala perubahan-perubahan suhu tersebut dalam bentuk output Analog maupun
Digital. Sensor Suhu juga merupakan dari keluarga Transduser.
Contoh
peralatan-peralatan listrik maupun elektronik yang menggunakan Sensor Suhu
diantaranya seperti Thermometer Suhu Ruangan, Thermometer Suhu Badan, Rice
Cooker, Kulkas, Air Conditioner (Pendingin Ruangan) dan masih banyak lagi.
Jenis-jenis Sensor Suhu (Temperature Sensors)
Saat ini, terdapat
banyak jenis Sensor Suhu dengan karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan
aplikasinya. Berikut ini beberapa jenis Sensor Suhu yang sering ditemukan dalam
rangkaian elektronika ataupun peralatan listrik beserta penjelasan singkatnya :
a. Thermostat
Thermostat adalah jenis
Sensor suhu Kontak (Contact Temperature Sensor) yang menggunakan prinsip
Electro-Mechanical.Thermostat pada dasarnya terdiri dari dua jenis logam yang berbeda
seperti Nikel, Tembaga, Tungsten atau aluminium.Dua Jenis Logam tersebut
kemudian ditempel sehingga membentuk Bi-Metallic strip. Bi-Metallic Strip
tersebut akan bengkok jika mendapatkan suhu tertentu sehingga bergerak
memutuskan atau menyambungkan sirkuit (ON/OFF).
Sebuah Sensor Suhu
Thermostat yang bisa kita dapatkan dipasaran saat ini.Seperti rangkaian Sensor
pada umumnya, rangkaian sensor suhu sederhana diatas menggunakan Prinsip
Rangkaian Pembagi Tegangan Thevenin.
Thermostat Kita gunakan
sebagai Saklar Otomatis dan juga sebagai Penguat.Pada rangkaian sensor suhu
diatas, Kondisi Normal ditunjukan dengan Kondisi LED yang menyala. Namun ketika
Thermostat mendeteksi Suhu meningkat, maka nyala LED akan meredup seiring
Peningkatan Suhu.
Aplikasi dari Rangkaian
Sensor suhu diatas beragam tergantung bagaimana kita ingin
menggunakannya.Sebagai Contohnya adalah Rangkaian Sensor Suhu Proteksi yang
dapat digunakan untuk melindungi peralatan listrik dari panas yang
berlebihan.Ada juga Thermometer Digital Sederhana dengan Indikator LED.Dan
Banyak lagi contohnya.
b. Thermistor
Nama termistor berasal dari Thermally Sensitive Resistor.Termistor ini merupakan gabungan antara kata termo (suhu) dan resistor (alat pengukur tahanan). Termistor (Inggris: thermistor) adalah alat atau komponen atau sensor elektronika yang dipakai untuk mengukur suhu. Termistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun 1930, dan mendapat hak paten di Amerika Serikat dengan nomor #2.021.491.
Prinsipnya adalah memberikan
perubahan resistansi yang sebanding dengan perubahan suhu. Perubahan resistansi
yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil menjadikan termistor
banyak dipakai sebagai sensor suhu yang memiliki ketelitian dan ketepatan yang
tinggi.Termistor yang dibentuk dari bahan oksida logam campuran (sintering mixture), kromium, kobalt, tembaga, besi,
atau nikel, berpengaruh terhadap karakteristik termistor, sehingga pemilihan
bahan oksida tersebut harus dengan perbandingan tertentu. Dimana termistor
merupakan salah satu jenis sensor suhu yang mempunyai koefisien temperatur yang
tinggi.
Komponen dalam termistor ini dapat
mengubah nilai resistansi karena adanya perubahan temperatur.Dengan demikian
dapat memudahkan kita untuk mengubah energi panas menjadi energi listrik.
Termistor dapat dibentuk dalam bentuk yang berbeda-beda, bergantung pada
lingkungan yang akan dicatat suhunya. Lingkungan ini termasuk kelembaban udara,
cairan, permukaan padatan, dan radiasi dari gambar dua dimensi.Maka, termistor
bisa berada dalam alat–alat seperti disket, mesin cuci, tasbih (manik-manik),
balok, dan satelit. Ukurannya kecil dibandingikan dengan termometer lain,
ukurannya
Jenis – Jenis Termistor
Termistor dibedakan dalam 2 jenis, yaitu
Termistor dibedakan dalam 2 jenis, yaitu
·
Termistor yang mempunyai koefisien negatif, yang
disebut NTC (Negative Temperature Coefisient)
NTC merupakan termistor yang mempunyai koefisient negatif. Dimana bahannya terbuat dari logam oksida yaitu dari serbuk yang halus kemudian dikompress dan disinter pada temperatur yang tinggi. Kebanyakan pada material penyusun termistor biasa mengandung unsur – unsur seperti Mn2 O3, NiO,CO2, O3,Cu2 O, Fe2 O3 TiO2, dan U2 O3.
NTC merupakan termistor yang mempunyai koefisient negatif. Dimana bahannya terbuat dari logam oksida yaitu dari serbuk yang halus kemudian dikompress dan disinter pada temperatur yang tinggi. Kebanyakan pada material penyusun termistor biasa mengandung unsur – unsur seperti Mn2 O3, NiO,CO2, O3,Cu2 O, Fe2 O3 TiO2, dan U2 O3.
NTC Termistor
Oksida-oksida ini sebenarnya mempunyai resistansi yang sangat tinggi, tetapi dapat diubah menjadi bahan semikonduktor dengan menambahkan beberapa unsur lain yang mempunyai valensi yang berbeda disebut dengan doping dan pengaruh dari resistansinya dipengaruhi perubahan temperatur yang diberikan. Thermistor logam oksida digunakan dalam daerah 200K sampai 700K. Untuk digunakan pada temperatur yang sangat tinggi, thermistor dibuat dari Al2O3 , BeO , MgO.
·
Temistor yang mempunyai koefisien positif yang
disebut PTC (Positive Temperature Coefisient).
PTC merupakan termistor dengan koefisien yang positif. Termistor PTC memiliki perbedaan dengan NTC antara lain:1.Koefisien temperatur dari thermistor PTC bernilai positif hanya dalam interfal temperatur tertentu, sehingga diluar interval tersebut akan bernilai nol atau negatif2.Harga mutlak dan koefisien temperatur dari termistor PTC jauh lebih besar dari pada termistor NTC.
PTC Termistor
c. Resistive Temperature Detector (RTD)
RTD yang merupakan singkatan
dari Resistance Temperature Detector adalah sensor suhu yang pengukurannya
menggunakan prinsip perubahan resistansi atau hambatan listrik logam yang
dipengaruhi oleh perubahan suhu. RTD adalah salah satu sensor suhu yang paling
banyak digunakan dalam otomatisasi dan proses kontrol.
Pada tipe elemen wire-wound
atau tipe standar, RTD terbuat dari kawat yang tahan korosi, yang dililitkan
pada bahan keramik atau kaca, yang kemudian ditutup dengan selubung probe
sebagai pelindung. Selubung probe ini biasanya terbuat dari logam inconel
(logam dari paduan besi, chrom, dan nikel). Inconel dipilih sebagai selubung
dari RTD karena tahan korosi dan Ketika ditempatkan dalam medium cair atau
gas, selubung inconel cepat dalam mencapai suhu medium tersebut.Antara
kawat RTD dan selubung juga terdapat keramik (porselen isolator) sebagai
pencegah hubung pendek antara kawat platina dan selubung pelindung.Perhatikan
gambar dibawah ini.
Sedangkan jenis logam untuk
kawat dari RTD umumnya adalah platina.Kawat RTD biasanya juga terbuat dari
tembaga dan nikel.Namun platina adalah bahan yang paling umum digunakan, karena
memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dan rentang suhu yang lebih luas.
Bagaimana prinsip kerja RTD?
Ketika suhu elemen RTD
meningkat, maka resistansi elemen tersebut juga akan meningkat. Dengan kata
lain, kenaikan suhu logam yang menjadi elemen resistor RTD berbanding lurus
dengan resistansinya. elemen RTD biasanya ditentukan sesuai dengan resistansi
mereka dalam ohm pada nol derajat celcius (0⁰ C). Spesifikasi RTD yang paling umum adalah 100 Ω (RTD PT100),
yang berarti bahwa pada suhu 0⁰ C, elemen RTD harus
menunjukkan nilai resistansi 100 Ω.
Dalam prakteknya, arus listrik
akan mengalir melalui elemen RTD (elemen resistor) yang terletak pada tempat
atau daerah yang mana suhunya akan diukur. Nilai resistansi dari RTD kemudian
akan diukur oleh instrumen alat ukur, yang kemudian memberikan hasil bacaan
dalam suhu yang tepat, pembacaan suhu ini didasarkan pada karakteristik
resistansi yang diketahui dari RTD.
RTD memiliki fungsi yang sama dengan Thermistor
jenis PTC yaitu dapat mengubah energi listrik menjadi hambatan listrik yang
sebanding dengan perubahan suhu. Namun Resistive Temperature Detector (RTD)
lebih presisi dan memiliki keakurasian yang lebih tinggi jika dibanding dengan
Thermistor PTC. Resistive Temperature Detector pada umumnya terbuat dari
bahan Platinum sehingga disebut juga dengan Platinum Resistance Thermometer
(PRT).
d. Thermocouple (Termokopel)
Termokopel
(Thermocouple) adalah jenis sensor suhu yang digunakan untuk mendeteksi atau
mengukur suhu melalui dua jenis logam konduktor berbeda yang digabung pada
ujungnya sehingga menimbulkan efek “Thermo-electric”. Efek Thermo-electric pada
Termokopel ini ditemukan oleh seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck pada Tahun 1821, dimana sebuah logam
konduktor yang diberi perbedaan panas secara gradient akan menghasilkan
tegangan listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara dua persimpangan
(junction) ini dinamakan dengan Efek “Seeback”.
Termokopel
merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling populer dan sering digunakan
dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan listrik dan Elektronika yang
berkaitan dengan Suhu (Temperature).Beberapa kelebihan Termokopel yang
membuatnya menjadi populer adalah responnya yang cepat terhadap perubahaan suhu
dan juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu berkisar diantara -200˚C
hingga 2000˚C.Selain respon yang cepat dan rentang suhu yang luas, Termokopel
juga tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah digunakan.
Prinsip kerja
Termokopel cukup mudah dan sederhana.Pada dasarnya Termokopel hanya terdiri
dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan
ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada Termokopel akan
berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap) sedangkan yang satunya
lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu panas.
Berdasarkan
Gambar diatas, ketika kedua persimpangan atau Junction memiliki suhu yang sama,
maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui dua persimpangan
tersebut adalah “NOL” atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika persimpangan yang
terhubung dalam rangkaian diberikan suhu panas atau dihubungkan ke obyek
pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara dua persimpangan tersebut
yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang nilainya sebanding dengan suhu
panas yang diterimanya atau V1 – V2. Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini pada
umumnya sekitar 1 µV – 70µV pada tiap derajat Celcius.Tegangan tersebut
kemudian dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi yang telah ditetapkan
sehingga menghasilkan pengukuran yang dapat dimengerti oleh kita.
3.
SENSOR MEKANIK
Sensor Mekanik
(Mechanics Sensor) merupakan sensor atau transduser yang digunakan untuk
mengetahui, mengukur atau mendeteksi nilai perubahan atau gerakan mekanis dari
suatu objek. Pada artikel “Pengertian Dan Jenis Sensor Mekanik (Mechanics
Sensor)” ini akan diuraikan tentang pengertian dari jenis-jenis Sensor Mekanik
(Mechanics Sensor) yang dapat ditemui dalam dunia industri dan kegiatan
sehari-hari.
Pergerakkan mekanis adalah tindakan yang
paling banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti perpindahan suatu
benda dari suatu posisi ke posisi lain, kecepatan mobil di jalan raya, dongrak
mobil yang dapat mengangkat mobil seberat 10 ton, debit air didalam pipa pesat,
tinggi permukaan air dalam tanki.Semua gerak mekanis tersebut pada intinya
hanya terdiri dari tiga macam, yaitu gerak lurus, gerak melingkar dan gerak
memuntir. Gerak mekanis disebabkan oleh adanya gaya aksi yang dapat menimbulkan
gaya reaksi. Banyak cara dilakukan untuk mengetahui atau mengukur gerak mekanis
misalnya mengukur jarak atau posisi dengan 30 meter, mengukur kecepatan dengan
tachometer, mengukur debit air dengan rotameter dsb.
a. Sensor Posisi
Sensor Posisi Pengukuran posisi
dapat dilakukan dengan cara analog dan digital. Untuk pergeseran yang tidak terlalu
jauh pengukuran dapat dilakukan menggunakan cara-cara analog, sedangkan untuk
jarak pergeseran yang lebih panjang lebih baik digunakan cara digital. Hasil
sensor posisi atau perpindahan dapat digunakan untuk mengukur perpindahan
linier atau angular. Teknis perlakuan sensor dapat dilakukan dengan cara
terhubung langsung ( kontak ) dan tidak terhubung langsung ( tanpa kontak ).
b. Sensor Kecepatan
Sensor Kecepatan (Motion Sensor) Pengukuran
kecepatan dapat dilakukan dengan cara analog dan cara digital. Secara umum
pengukuran kecepatan terbagi dua cara yaitu: cara angular dan cara translasi.
Untuk mengukur kecepatan translasi dapat diturunkan dari cara pengukuran
angular. Yang dimaksud dengan pengukuran angular adalah pengukuran kecepatan
rotasi (berputar), sedangkan pengukuran kecepatan translasi adalah kecepatan
gerak lurus beraturan dan kecepatan gerak lurus tidak beraturan.
Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu poros/object yang berputar pada suatui generator akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi. Lalu tegangan ini di kirim ke ECM.
c. Sensor aliran
Sensor aliran adalah alat untuk merasakan laju aliran fluida.Biasanya
sensor aliran adalah elemen penginderaan yang digunakan dalam flow meter, atau
aliran logger, untuk merekam aliran cairan.Seperti yang terjadi untuk semua
sensor, akurasi mutlak pengukuran memerlukan fungsi untuk kalibrasi.
Ada berbagai macam sensor aliran dan aliran meter, termasuk
beberapa yang memiliki baling-baling yang didorong oleh cairan, dan dapat
mendorong potensiometer putar, atau perangkat sejenis.
Sensor aliran lain didasarkan pada sensor yang
mengukur transfer panas yang disebabkan oleh media bergerak. Prinsip ini umum
untuk MIKROSENSOR untuk mengukur aliran.Arus meter berhubungan dengan perangkat
yang disebut velocimeters yang mengukur kecepatan cairan yang mengalir melalui
mereka. Berbasis laser interferometri sering digunakan untuk pengukuran aliran
udara, tetapi untuk cairan, sering kali lebih mudah untuk mengukur aliran.
Pendekatan lain adalah metode berbasis Doppler untuk pengukuran aliran. Hall
sensor efek juga dapat digunakan, pada katup flapper, atau baling-baling, untuk
merasakan posisi baling-baling, seperti pengungsi akibat aliran fluida.
d. Sensor Level
Sensor Level Pengukuran level dapat dilakukan dengan
bermacam cara antara lain dengan: pelampung atau displacer, gelombang udara,
resistansi, kapasitif, ultra sonic, optic, thermal, tekanan, sensor permukaan
dan radiasi. Pemilihan sensor yang tepat tergantung pada situasi dan kondisi
sistem yang akan di sensor.
Seperti namanya, level sensor berfungsi untuk mendeteksi tingkat zat yang mengalir
secara bebas. Zat tersebut diantaranya cairan seperti air,minyak,bubur
dll, dan zat padat seperti butiran/bubuk (zat padat yang dapat mengalir).
Sistem pengukuran level sensor terbagi menjadi dua yaitu point level dan continuous level, point level merupakan
pengukuran secara diskrit/digital yang biasanya menggunakan metode pensaklaran
switching sebagai contoh signal untuk level low-low, low, high, high-high, continuous
level pengukuran ini menggunakan metode analog (4-20 mA) contoh
seperti sensor level yang memakai prinsip kerja gelombang mikro (microwave
radar) atau gelombang suara (ultrasonic).
e. Sensor tekanan
Sensor tekanandiciptakan untuk mengukur tekanan
suatu zat yang memiliki tekanan sangat kecil sehingga sulit untuk diukur
apabila menggunakan alat pengukur biasa. Dalam pelajaran Science, kita mengenal
adanya alat pengukur untuk suatu benda.Seperti contoh thermometer sebagai alat
untuk mengukur suhu, anemometer untuk mengukur kecepatan angin dan speedometer
untuk mengukur kecepatan suatu benda. Tekanan yang dilambangkan dalam huruf (p)
adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya, yang dilamabangkan dengan (F)
persatuan luas, yang dilambangkan dengan (A). Satuan tekanan sering digunakan
untuk mengukur kekuatan atau tekanan dari unsur zat yaitu berupa cairan dan
gas.Fungsi dari sensor tekanan sebenarnya
adalah untuk mengubah tekanan menjadi induktasi.
Sensor tekanan
mempunyai prinsip kerja yang sedikit rumit.Pertama, perubahan tekanan pada
kantung menyebabkan perubahan posisi inti kumparan sehingga menyebabkan
perubahan induksi magnetic pada kumparan. Kumparan yang digunakan adalah
kumparan CT ( center tap). Dengan demikian, apabla inti mengalami pergeseran,
maka induktasi pada salah satu kumparan bertambah, namun menyebabkan kumparan
yang lain berkurang. Untuk mengukur tekanan statis atau tinggi suatu cairan
dapat ditentukan dengan rumus (P = d.g.h). Untuk keterangannya, (p) adalah
tekanan statis (pascal) sementara (D) adalah kepadatan cairan (km/m3), lalu (G)
adalah konstanta gravitasi ( 9,81 m/s2) dan (H) adalah tinggi cairan (M).
Prinsip
kerja dari sensor tekanan itu
sendiri adalah mengubah tegangan mekanik menjadi listrik.Kurang ketegangan didasarkan
pada prinsip bahwa tahanan pengantar berubah dengan panjang dan luas
penampang.Daya yang diberikan pada kawat itu sendiri menyebabkan kawat menjadi
bengkok.Sehingga menyebabkan ukuran kawat berubah dan mengubah ketahananya. Ada
beberapa fungsi lain dari sensor tekanan. Applikasi sensor tekanan adalah
sebagai pemantau cuaca yang sering berubah-ubah.Digunakan dipesawat terbang
untuk mengukur tekanan angina yang berada didalam band pesawat terbang, lalu
yang terakhir adalah pengukur tekanan udara pada ruangan tertutup.
BAB
III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah :
1. Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk
mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu
energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi,
energi mekanik dan sebagainya
2. Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor
dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu sensor mekanis, sensor cahaya sensor
suhu
3. Sensor cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan
cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai
benda atau ruangan. Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo
voltaic, photo multiplier, pyrometer optic, dsb.
4. Sensor suhu adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi
gejala perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi
ruang tertentu. Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo
transistor, photo dioda, photovoltaik, infrared dsb.
5. Sensor
Mekanik (Mechanics Sensor) merupakan sensor atau transduser yang digunakan
untuk mengetahui, mengukur atau mendeteksi nilai perubahan atau gerakan mekanis
dari suatu objek.
thanks gan ijin copy paste ya....
ReplyDeletemakasih gan, izin copy paste
ReplyDelete